Jakarta, jurnalfakta1.com, 27 Juni 2025 – Pelaksanaan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun 2025 kembali menjadi sorotan publik. Sejak dibuka beberapa pekan lalu, berbagai masalah mulai dari kendala teknis hingga dugaan pelanggaran serius bermunculan, memicu keresahan di kalangan orang tua siswa.
Salah satu keluhan utama adalah server yang sering down, menyebabkan banyak orang tua tidak dapat mengakses sistem pendaftaran tepat waktu. “Kami sudah begadang demi bisa mendaftarkan anak, tapi servernya terus bermasalah. Ini benar-benar mengecewakan,” ujar Lina, salah satu orang tua murid dari Jakarta Timur.
Selain itu, banyak orang tua mengaku kebingungan dengan mekanisme pendaftaran yang dinilai tidak transparan. Beberapa menyebut petunjuk teknis yang diberikan kurang jelas, sementara informasi dari pihak sekolah dan dinas terkait sering kali tidak sinkron.
Tak hanya itu, dugaan pungutan liar juga menjadi isu yang mengemuka. Sejumlah orang tua melaporkan dimintai uang tambahan oleh oknum tertentu untuk memastikan kelancaran proses pendaftaran. Bahkan, kabar mengenai jual beli kursi di beberapa sekolah favorit turut mencuat. “Ada yang bilang harus bayar puluhan juta kalau mau dapat kursi di sekolah tertentu. Ini benar-benar tidak adil,” ungkap seorang warga yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Menanggapi berbagai keluhan ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengaku tengah melakukan evaluasi. “Kami akan menindaklanjuti laporan ini secara serius. Jika ditemukan pelanggaran, sanksi tegas akan diberikan,” ujar Kepala Pusat Layanan Pendidikan, Dr. Arya Mahendra.
Namun, kritik terus mengalir dari berbagai pihak. Pengamat pendidikan, Prof. Andini Rahman, menilai masalah SPMB ini menunjukkan lemahnya manajemen pendidikan di tingkat pusat maupun daerah. “Sistem yang dibuat seharusnya membantu masyarakat, bukan malah membuat mereka semakin stres,” tegasnya.
Masyarakat mendesak pemerintah untuk segera memperbaiki sistem SPMB dan memastikan transparansi serta keadilan dalam proses penerimaan murid baru. Jika tidak, kepercayaan terhadap institusi pendidikan berpotensi semakin menurun.
Editor : Alam Chan