Fairbanks, Alaska, 1992. jurnalfakta1.com | Seorang pemuda idealis bernama Christopher McCandless tiba di belantara Alaska, sendirian. Lulusan cemerlang dari Emory University, ia seharusnya punya masa depan cerah. Tapi Chris memilih jalan lain — jalan yang sunyi dan penuh pencarian.
Beberapa tahun sebelumnya, ia membuat keputusan drastis: meninggalkan dunia lama. Tanpa memberi tahu keluarganya, ia menyumbangkan seluruh tabungannya, memutus hubungan, dan bahkan memusnahkan identitasnya. Ia lahir kembali dengan nama baru: Alexander Supertramp.
Selama dua tahun, Chris mengembara melintasi Amerika. Ia menumpang truk, berjalan kaki, bekerja serabutan, bahkan hidup bersama komunitas gelandangan. Di sepanjang perjalanan, ia merekam semuanya dalam jurnal: pemikiran, keraguan, keindahan alam, dan pencarian makna hidup yang sejati.
Ia bukan sosok yang dingin atau tertutup. Banyak orang yang ia temui justru merasa dekat dengannya. Beberapa menawarkan rumah. Satu pria tua bahkan ingin mengadopsinya. Tapi Chris menolak semua itu. Ia punya satu impian yang belum tercapai: hidup menyatu dengan alam liar Alaska, sendirian.
Pada April 1992, Chris akhirnya sampai di tujuan. Tanpa peta atau kompas, ia hanya membawa beberapa kilo beras, sebuah senapan kecil, dan buku panduan tanaman liar. Di tengah hutan, ia menemukan sebuah bus tua yang terbengkalai — bekas tempat berteduh para pemburu. Chris menjadikannya rumah, dan menamainya: Magic Bus.
Selama lebih dari 100 hari, ia hidup di sana. Ia berburu, memancing, membaca, dan mencatat segalanya di buku harian. Ia merasa damai. Merasa bebas. Merasa utuh. Tapi kebebasan itu ternyata datang dengan harga mahal.
Ketika musim panas tiba, sungai yang dulu bisa diseberangi kini berubah menjadi arus deras yang tak mungkin dilalui. Jalan pulang tertutup. Ia terjebak.
Persediaan makanan menipis. Tubuhnya melemah. Dalam upaya bertahan hidup, Chris memakan biji tanaman liar, namun tanpa disadari, tanaman itu beracun. Tubuhnya tak mampu menyerap nutrisi. Perlahan, ia keracunan.
Hari-hari terakhirnya penuh penderitaan. Tulisan-tulisannya makin pendek, makin lemah. Nada optimis berubah menjadi putus asa. Hingga akhirnya, ia menulis sebuah pesan terakhir:
“Happiness only real when shared.”
Kebahagiaan hanya nyata jika dibagikan.
Agustus 1992, jasadnya ditemukan oleh pemburu, tergolek lemah dalam sleeping bag. Di sampingnya, sebuah jurnal setebal 100 halaman dan kamera dengan foto-foto hari-hari terakhirnya.
Kisahnya mengguncang dunia.
Jurnalis Jon Krakauer menyelidiki perjalanannya dan menuliskannya dalam buku Into the Wild, yang kemudian diangkat ke layar lebar oleh Sean Penn pada tahun 2007. Aktor Emile Hirsch memerankan Chris — dan kisahnya menginspirasi jutaan orang.
Bus tempat ia tinggal menjadi semacam tempat ziarah bagi para pencari makna. Namun karena terlalu banyak orang celaka saat mencoba menapaki jejak Chris, pemerintah Alaska memindahkan Magic Bus dengan helikopter pada tahun 2020.
Sumber: Dunia Jurnal
Editor : Alam Chan