Jakarta, Senin, 3 Oktober 2022
jurnalfakta1.com | KRB ( koalisi rakyat bersatu ), dalam rangka memperingati hari kesaktian pancasila, gelar kegiatan diskusi bersama untuk publik.yang bertemakan ” Pentingnya Pancasila untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) dan bahayanya paham radikal Khilafah,” yang diselengarakan digedung joeang 45 Jakarta pusat pada hari Senin, (3/10/2022).
Hadir sebagai narasumber dalam acara diskusi ini, Kadensus 88 AT Polri Irjen Pol Martinus Hukom yang di wakili oleh Kombes Pol Tima Sembiring ( Tim Divisi Pencegahan Terorisme ). Juga ikut hadir ormas dan relawan seperti Foreder (Forum Relawan Demokrasi), 09 Squad, Pemuda Ansor – Banser, dan masih banyak lagi.
Pengurus BPET MUI Pusat, Ustad Makmun Rosyid, Gus Nuril dari Fakhogama dan Kombatan NII ( Negara Islam Indonesia ) Arif Fadil. Bertindak sebagai Moderator, Butet Tiurma. Dalam pengantarnya, Kombatan NII Agus Fadil mengatakan bahwa faham khilafah ini ibarat virus yang mewabah. Karena itu kita perlu vaksin untuk menghambatnya dan mengobatinya hingga ke akar -akarnya.
“Kita harus terus memberikan pemahaman kepada masyarakat agar Pancasila adalah falsafah negara yang sesuai dengan negara kita” ujarnya.
Pemahaman Khilafah ini harus kita selesaikan tidak hanya dari sisi pemahaman tapi juga dari sisi hukum.
“Disinilah fungsi dari densus 88 agar memotong langsung akar yang sudah melembaga agar pemahaman ini tidak lagi menyebar, ” tukasnya.
Sementara itu Kombes Pol Tima Sembiring memaparkan bahwa cara penyebaran mereka adalah melalui kajian – kajian agama.
“Mereka perhatikan pengurus DKM ( Dewan Kemakmuran Masjid ) yang bisa di pengaruhi oleh mereka. Melalui pernikahan dan media – media sosial yang sangat masif, ” paparnya.
Lanjut Sembiring, ” Media sosial merupakan sarana yang paling berbahaya bagi penyebaran ajaran khilafah ini karena menyasar pada semua usia” tambahnya.
Berdasarkan hasil survey tahun 2008 bahwa kaum intoleran yang sebelumnya 40 persen menjadi radikal karena terpapar pemahaman ini.
“Tingkat radikalisme juga lebih tinggi pada kaum wanita dari pada laki-laki. Karena itu kita juga harus perhatikan kaum wanita agar jangan terpapar pemahaman ini,” imbuhnya.
Ada 12.3 persen untuk kaum wanita dan 12,1 persen untuk laki – laki. Sementara itu untuk netizen ada sekitar 4 persen.
“Faham radikalisme ini menyerang siapa saja, tanpa kenal status, usia maupun jabatannya. Karena itu menjadi tugas kita bersama untuk bersama – sama dengan Polri dan pihak terkait lainnya membendung ajaran ini,” tutup Sembiring.
” Kita mencintai Negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia, jangan sampai anak cucu kita di doktrin pemahanan yang membuat bom dan akhirnya menjadi teroris, jangan sampai ideologi pemahaman yang anarkis dan radikal, mana ada Islam seperti itu, Islam adalah Rahmatan Lil Alamin” Kata Ustd makmum Rasyid.
” Diskusi Publik ini sangat baik sekali, agar masyarakat indonesia tau bahwa kita sudah cocok dengan paham pancasila, pentingnya Pancasila bagi NKRI, mempersatukan dengan begitu banyaknya paham dan agama di seluruh indonesia, jangan sampai seperti negara suriah dan sebagainya yang konflik dan akhirnya berperang dengan warganya sendiri,” Jelas Rasyid Pengurus BPET MUI Pusat.
” kita sudah cukup adanya kejadian Bom Bali, jangan sampai ada lagi kejadian kejadian tragis ada di indonesia, ” Tutup Rasyid. ( Alam )