jurnalfakta1.com, Jakarta | Pemilu 2024 akan dihelat dalam beberapa bulan lagi. Sebanyak 18 partai politik (parpol) sudah mendaftarkan bakal calon legislatif (bacaleg)-nya ke KPU pada 1-14 Mei 2023 lalu. Di antara ribuan caleg ini, banyak politisi muda yang ikut bersaing memperebutkan kursi dengan politisi senior.
Nino Nafan Hudzaifi, pengamat muda isu hukum dan politik jebolan Universitas Indonesia (UI) merespons positif banyaknya caleg muda yang mendaftarkan dirinya pada pemilu mendatang. Hal ini dinilai dapat membawa napas segar bagi perpolitikan di Indonesia
Fakta tersebut juga didukung dengan calon pemilih muda Indonesia yang pada 2024 nanti mencapai lebih dari 100 juta suara. Tentunya, secara tidak langsung jumlah pemilih ini dapat meningkatkan elektabilitas caleg anak muda tersebut.
Nino yang juga aktif dalam riset hukum dan kebijakan publik ini mengatakan bahwa caleg muda yang maju dalam kontestasi politik ini mampu memberikan pembaharuan kebijakan di Indonesia.
“Kita sejak lama butuh sosok baru yang memahami isu anak muda untuk dapat menghasilkan terobosan-terobosan kebijakan yang bersifat inovatif. Tentunya, untuk mewakili suara anak muda, caleg baru tersebut memiliki peluang yang besar dalam mengakomodasi aspirasi tersebut,” ujar Nino.
Representasi anak muda dalam 5 (lima) tahun kedepan diharapkan mampu menyuarakan isu, pendapat, dan perspektif baru dalam proses pembuatan kebijakan publik. Hal ini menjadi penting ketika anggota legislatif mampu berbicara, mengadvokasi, dan bertindak untuk konstituennya sehingga kebijakan menjadi tepat sasaran serta dapat meminimalisir dampak negatif dari kebijakan tersebut nantinya.
Pentingnya Sosok Muda di Pemerintahan
Sosok yang relevan dengan masyarakat ditambah dengan kapasitas yang memadai dapat menjadi pijakan generasi muda berkarya di gelanggang perpolitikan Indonesia kedepannya. Anak muda yang duduk di kursi parlemen penting untuk regenerasi anggota legislatif selanjutnya dalam perkembangan politik Indonesia.
“Anak muda di dalam parlemen bisa menjadi warna baru dan berkontribusi atas keputusan-keputusan terkini, utamanya dalam lingkup fungsi legislasi,” kata Nino. Menurutnya, jika porsi kursi anak muda yang terpilih menjadi anggota legislatif pada 2024 meningkat, maka tentu akan menciptakan dinamika yang lebih memikat hati rakyat, khususnya dengan adanya fakta penting bahwa Gen Z dan Milenial akan mendominasi sebagai pemilih Pemilu 2024 nanti.
Hal yang menurut Nino paling menarik adalah dimungkinkannya tercipta kolaborasi antara junior dan senior yang tentu bisa mewadahi perspektif baru dari segi kebijakan.
Nino menambahkan bahwa diperlukan adanya suatu kepekaan dan solusi komprehensif dalam merespons isu-isu terkini dari anak muda. Permasalahan akar rumput yang kerap tidak terdengar oleh elit politik berpeluang lebih didengar ketika ada sosok muda yang maju mewakili aspirasi tersebut.
“Bagi saya, penting sekali untuk memiliki representasi dari orang dari dalam sistem untuk dapat mendengar aspirasi dan memberikan solusi. Contohnya mungkin bisa dilihat seperti senior saya di kampus, Manik Marganamahendra, mantan Ketua BEM UI yang maju dan mencalonkan dirinya sebagai anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta dengan isu ketenagakerjaannya,” ungkapnya.
Nino juga mengapresiasi parpol yang gencar membuka peluang bagi anak muda,
terlebih yang mengakomodir keinginan anak muda untuk maju menjadi caleg, baik di tingkat DPR ataupun DPRD yang masih tergolong minim.
Survei dari lembaga Centre for Strategic and International Studies atau CSIS yang rilis pada September 2022 lalu menyebut partisipasi anak muda dalam isu politik memang meningkat. Namun, jumlah yang tertarik untuk bergabung parpol cenderung terlampau sedikit. Padahal, bergabung dengan parpol merupakan salah satu syarat menjadi anggota legislatif di Indonesia.
Melihat periode 2019-2024 lalu yang mana suara anak muda dianggap kurang optimal, karena hanya memiliki representasi 10 persen anggota DPR yang berusia di bawah usia 40, Nino berharap kesenjangan yang cukup besar ini dapat dikurangi pada Pemilu 2024 nantinya.
“Mengutip pendapat salah satu tokoh politik terkemuka Indonesia, dalam mengawali karir di bidang politik, sosok muda didalam memperjuangkan cita-citanya setidak-tidaknya membutuhkan 4 (empat) “tas”, yaitu: akseptabilitas, elektabilitas, integritas, dan kapabilitas yang dapat menjadi aspek penunjang karir politiknya. Meskipun tidak mudah memperolehnya, namun, 4 (empat) “tas“ inilah yang akan membuka peluang ataupun jalur sosok muda di kancah perpolitikan Indonesia yang lebih baik kedepannya,” tutup Nino.
(Red)