Senin, Juni 30, 2025
BerandaSportKebijakan Penggunaan Stadion Lapatau Watampone Tuai Kecaman: Masa Depan Sepakbola Bone di...

Kebijakan Penggunaan Stadion Lapatau Watampone Tuai Kecaman: Masa Depan Sepakbola Bone di Ujung Tanduk

Bone – Kebijakan baru yang diterapkan oleh Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Kabupaten Bone menjadi sorotan tajam dari berbagai pihak, khususnya pemerhati dan pelatih sepakbola usia dini. Kebijakan yang mewajibkan pembayaran sebesar Rp300.000 untuk penggunaan Stadion Lapatau Watampone sebagai tempat latihan dinilai tidak berpihak pada pembinaan generasi muda, terutama anak-anak berprestasi di bidang olahraga.

Stadion Lapatau, yang selama ini menjadi satu-satunya tempat latihan bagi banyak anak di Kabupaten Bone, kini dianggap terlalu sulit diakses karena beban biaya yang dibebankan. Padahal, stadion tersebut dibangun menggunakan dana publik dan diharapkan dapat digunakan secara bebas untuk mendukung pembinaan olahraga.

Krisis Lapangan Latihan

Kondisi ini diperparah dengan semakin terbatasnya lapangan sepakbola lain di Kabupaten Bone. Banyak lapangan yang sebelumnya menjadi tempat latihan kini beralih fungsi atau tidak lagi dapat digunakan oleh masyarakat. Dengan adanya kebijakan baru ini, Stadion Lapatau yang menjadi harapan terakhir kini justru membebani para pemain muda yang bercita-cita tinggi di dunia sepakbola.

BACA JUGA:   Rajawali Melangkah ke Babak Kedua Kejurnas Bola Voli Antarklub U-19

Kritik dari Tokoh Masyarakat dan Pelatih

Tokoh masyarakat dan pelatih sepakbola lokal menganggap kebijakan ini sebagai bentuk komersialisasi fasilitas publik yang mengutamakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di atas pembinaan olahraga.
“Ini adalah pembunuhan perlahan terhadap sepakbola Bone. Anak-anak yang seharusnya dilatih untuk menjadi generasi emas justru diberi beban biaya yang tidak perlu. Bukankah tugas pemerintah adalah mendukung mereka?” ujar seorang pelatih akademi sepakbola di Bone.

Mereka menekankan pentingnya membedakan tarif komersial dengan fasilitas untuk pembinaan usia dini.
“Jika stadion digunakan untuk event resmi atau komersial, tentu wajar jika dikenakan biaya. Tetapi, untuk latihan anak-anak, seharusnya bebas biaya. Ini investasi jangka panjang untuk daerah,” tambahnya.

Desakan untuk Evaluasi Kebijakan

Kritik keras juga datang dari para orang tua dan pemerhati sepakbola yang menyayangkan sikap pemerintah daerah. Mereka mendesak Kadispora Bone untuk segera mengevaluasi kebijakan ini dan memberikan ruang yang lebih besar bagi pembinaan generasi muda.

“Stadion adalah fasilitas publik, bukan sumber pendapatan utama. Pemerintah harus ingat bahwa anak-anak ini adalah aset terbesar Bone, dan mereka membutuhkan dukungan, bukan penghalang,” ujar salah seorang tokoh masyarakat.

BACA JUGA:   Daftar Pemain Jakarta Livin’ by Mandiri Siap Berlaga di Kejuaraan Proliga 2025 Putri

Masa depan sepakbola Kabupaten Bone kini bergantung pada keputusan pemerintah daerah dalam menanggapi desakan masyarakat. Evaluasi kebijakan ini diharapkan dapat mengembalikan semangat anak-anak untuk terus berprestasi dan mengharumkan nama Bumi Arung Palakka.

Editor : Alam

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments